Menanti Pelangi Seusai Hujan Workshop Pembelajaran Berdiferensiasi di Flotim
Senja memerah di ufuk barat Pulau Solor, kala bibir-bibir rintik hujan
turun mengecup lembut kening Dermaga Podor. Seonggok kapal penyeberangan, sedang
beralun-alun mendekati dermaga, digoyang ombak yang lumayan beralun. Seorang
ABK tak berbaju tampak susah payah menata ban bekas pada teras haluan kapal agar
kapal dapat bersandar ke dermaga dengan baik. Sesekali kapal tampak limbung
memang, tetapi ikhtiar dari remaja itu tidaklah lekang dihalau getir situasi.
Sementara itu, dari kamar kemudi, Sang Nahkoda tengah berusaha sekuat
daya untuk menepikan kapal agar bisa bersandar dengan nyaman. Tak tergurat bayang-bayang
kegamangan sedikit pun di wajahnya, sebab panjangnya galah pengalaman yang
pernah ia lakoni, menjadi garansi akan nekat tekadnya menyandarkan kapal. Sungguh,
pada setiap ikhtiar, terdapat tanda-tanda keberhasilan bagi orang-orang yang percaya.
Di muka dermaga, dada para penumpang sedang dililit cemas. Antara
keinginan untuk sesegera pulang ke kampung halaman dan menemui anak istri/suami
di rumah, atau mengurungkan niat keberangkatan lantaran kondisi laut yang tidak
terlalu bersahabat? Di antara mereka, para narasumber kegiatan Workshop
Pembelajaran Berdiferensiasi di Kabupaten Flores Timur, berdiri merapal sepotong
doa demi kepulangan. “Oyok lau ake di golo muti, lewa weli ake di wura nire”.
“Ayo, penumpang naik dulu! Sepeda motornya lepas di situ saja, biar
kami kasih naik,” demikian ucap ABK tadi dari arah teras haluan kapal, kepada
para penumpang, sembari tangannya tetap menahan tali ban bekas agar kapal tidak
terlalu bergoyang.
Para penumpang pun bergegas naik ke kapal, termasuk para narasumber
yang terdiri dari para Pengawas SMP Dinas PKO Flotim, Pengajar Praktik, dan
Guru Penggerak. Sedangkan, Pengawas Bapak Aswan beserta beberapa kepala sekolah
di Rayon Solor Barat dan Solor Selatan, berdiri sembari melambai-lambaikan
tangan sebagai simbol salam perpisahan dan terima kasih.
Layar mulai terkembang, jangkar ditarik, tali tambatan dilepaskan dari
tiang-tiang dermaga. Sayonara Solor Manise.
***
Sepenggal cuplikan perpisahan antara Tim 2 dan Penyelenggara Workshop
Pembelajaran Berdiferensiasi bagi guru SMP di Rayon Solor Barat dan Solor Selatan
di atas, menandakan bahwa kegiatan pendampingan telah usai. Kerja-kerja kolaborasi
demi mensosialisasikan Pembelajaran Berdiferensiasi menuju Merdeka Belajar, telah
tuntas.
Secara kuantitas, hampir semua SMP di Kabupaten Flores Timur telah
tersentuh oleh tangan-tangan lembut penuh cinta dari para Pengawas, Pengajar
Praktik, dan Guru Penggerak. Lantas, apa kerja kita selanjutnya? Akankah kita
telah puas dengan pencapaian ini dan kembali bertahta manis pada posisi nyaman
kita masing-masing?
Bagi saya, kita baru saja tiba pada perhentian pertama. Perjalanan kita
masih amat panjang. Banyak perhentian lagi yang sedang menanti untuk kita
sambangi. Saat ini, kita sedang menanti pelangi seusai hujan Workshop Pembelajaran
Berdiferensiasi di Flotim barusan.
***
Dalam beberapa kesempatan penutupan, Ketua Tim 2, Bapak Gaspar Tukan
menyampaikan, tugas-tugas berat sedang menanti pasca pendampingan ini. Para guru,
sebagai peserta yang mengikuti secara langsung seluruh rangkaian proses
kegiatan, tentu memiliki tanggung jawab moril untuk menerapkan hasil pendampingan
ini. Bagaimana tidak, para guru mesti menyiapkan seabrek perangkat pembelajaran
demi memenuhi tuntutan Pembelajaran Berdiferensiasi. Paling tidak, menyiapkan
RPP, bahan ajar, LKPD, dan penilaian yang berbasis Pembelajaran
Berdiferensiasi.
Tidak habis di situ, para guru juga harus memantapkan diri untuk
mengaplikasikan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan tersebut. Datang ke
sekolah tepat waktu, masuk kelas sesuai jam, mengajar dengan mengikuti langkah-langkah
Pembelajaran Berdiferensiasi yang telah dipelajari, melakukan evaluasi dan
refleksi atas penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi, membangun iklim kolaborasi
di sekolah, berdiskusi, meningkatkan gairah literasi demi penguatan kapasitas,
serta membangun jejaring demi bertambahnya wawasan dalam mendesain pembelajaran
yang memerdekakan.
Para kepala sekolah, lanjut Bapak Gaspar, tentu wajib mengayung sambut gairah
dan antusias para guru dalam menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi di kelas. Sarana
prasarana serta fasilitas menjadi sebuah keniscahyaan sekiranya menginginkan
strategi pembelajaran ini berjalan maksimal. Hal sederhana seperti menyiapkan infokus
projector, mengadakan kertas manila, menyiapkan kertas sticky note, memasang instalasi
listrik pada semua ruang kelas, mengadakan pelatihan pembuatan bahan ajar
termasuk pembuatan video pembelajaran, serta memperkuat kapasitas dan kompetensi
guru dalam mengoperasikan IT.
Hal-hal di atas penting, sebab apalah artinya ketika semangat para guru
yang sudah mulai bangkit dan menggebu, tetapi tidak ditunjang dengan sarana
prasarana yang memadai. Itu ibarat menonton lagu dan goyangan India lalu melatih
lagu dan goyangan itu, tapi tidak ada panggung untuk bergoyang. Alhasil, istri
terpaksa bergoyang India di tepi laut saat mengantar suami naik kapal untuk pergi
melaut. Hehe…. (India lagi, India lagi).
Lalu, para Pengawas juga tentu semakin ditantang untuk optimal
melakukan pendampingan pada setiap guru di masing-masing sekolah. Perangkat pembelajaran
berbasis Pembelajaran Berdiferensiasi adalah prasyarat utama dalam supervisi. Belum
lagi, supervisi kelas juga didampingi secara optimal agar perangkat
pembelajaran yang telah dirancang terwujud secara konkret dalam aksi nyata guru
di dalam kelas.
Dinas Pendidikan? Ya, Dinas Pendidikan tentu perlu memfasilitasi
kegiatan-kegiatan peningkatan mutu guru, terkait Pembelajaran Berdiferensiasi. Memang,
pendampingan itu sudah dilakukan selama Januari ini, namun tidak bisa mengharapkan
hasil yang maksimal sekiranya pelatihan-pelatihan dimaksud hanya dilakukan satu
dua kali. Perlu berkali-kali, bahkan perlu penyesuaian dengan kontekstualitas lokus
Flotim. Tidak harus menemukan satu pakem Pembelajaran Berdiferensiasi yang
seragam, namun paling tidak, ada pengembangan-pengembangan lebih lanjut terkait
ini.
Lantas para siswa? Di manakah posisi mereka? Bukankah mereka menjadi
sasaran inti dari semua upaya-upaya visioner ini? Bukankah mereka merupakan
subjek pembelajaran dari Pembelajaran Berdiferensiasi ini?
Ya, para siswa perlu disosialisasikan tentang esensi Pembelajaran
Berdiferensiasi. Kepala sekolah dan guru dapat mensosialiasikan tentang
pembelajaran Merdeka Belajar ini dalam setiap kesempatan. Paling kurang,
disentil dalam setiap penyampaian amanat dalam apel pagi. Hal ini bertujuan
untuk membangun kesiapan dan keantusiasan siswa dalam penerapan strategi
pembelajaran ini.
Para siswa tidak lagi menjadi tabularasa yang harus diisi dengan tetasan
air ilmu pengetahuan dari para guru, melainkan mereka akan mencari tahu sendiri
berdasarkan seluruh fasilitas yang disiapkan oleh guru. Para siswa mesti lebih
aktif dan peka atas arahan dan tuntunan dari gurunya. Para siswa yang memelajari,
merundingkan, memproduksi, serta melaporkan dan mengevaluasi hasil laporan
materi tersebut di kelas.
Sekiranya semua pihak bergandengan tangan dalam mengejawantahkan
Pembelajaran Berdiferensiasi ini dalam praktik nyata di kelas, maka motivasi
belajar siswa pasti meningkat, hasil belajar semakin menanjak, prestasi belajar
memuncak, dan terakhir kemajuan bangs aini bukanlah suatu hal yang mustahil.
Terakhir, mengutip sebuah kata bijak, “Bukan kesulitan yang membuat
kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu, jangan
pernah berhenti mencoba dan jangan pernah mencoba berhenti”. Pasti pelangi
seusai hujan Workshop Pembelajaran Berdiferensiasi, itu menyata di langit
Flores Timur yang kita cintai dengan sepenuh jiwa raga ini. [pr]
Komentar
Posting Komentar