Di Lembah Waikela, Kepemimpinan Anak Dibentuk CGP Marianus, CS


Calon Guru Penggerak (CGP) terakhir yang saya dampingi dalam Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 6 Kabupaten Flores Timur ini, bernama Marianus Piet Muda Carvallo, S.Pd.Gr. Beliau merupakan putera Larantuka Daratan yang ditempatkan di salah satu sekolah pelosok yakni SMPN 1 Adonara Tengah. 

Pagi itu, Selasa, 25/10/22, saya bersama isteri Aisah Muhammad, S.Si., bertolak dari rumah di Lamahala kisaran pukul 09 pagi. Di musim begini, pukul 9 pagi itu matahari sudah tinggi dan lumayan panas terasa. Jupe Putih yang kami kendarai meluncur dalam kecepatan sedang melewati padatnya jalan Trans Adonara sepanjang Lamahala ke Waiwerang. Dari perempatan Toko Sahabat, Waiwerang, kami berbelok ke arah utara menuju Riang Muko. Di Kebun Raya Waiwerang, terlihat anak-anak SMAN 1 Adonara Timur sedang menggelar pertandingan sepak bola dalam rangka Bulan Bahasa. 

Melewati jalanan berbatu dan berlubang yang tidak sedikit akibat banjir bandang setahun lebih lalu, kami mulai berpisah dengan Riang Muko dan Bronjong. Perjalanan kami mulai disambut pepohonan besar di kanan kiri jalan dan jalanan yang berkelok-kelok. Di sini, suhu terasa mulai sejuk lantaran cahaya matahari sudah terpele oleh rimbunan pepohonan dan oksigen dari pepohonan ini benar-benar terasa segar dihirup.


Melewati tanjakan Horowura, Epubelen, tibalah kami di Lite. Kami sempat macet beberapa menit di Pasar Lite karena badan jalan raya di kiri kanan ini digunakan sebagai tempat menggelar jualan pedagang sehingga kendaraan roda empat dan roda dua harus bertahan menunggu beberapa menit untuk bisa lewat. Belum lagi pengunjung pasar yang juga terpaksa menggunakan jalan yang sama untuk mintas membeli jualan pedagang.

Kami pun dapat keluar dari jebakan macet Pasar Lite ini, hingga tiba di pertigaan jalan masuk menuju Desa Baya. Cabang semenisasi yang cukup curam, berkelok dan bebatuan, kami lewati dengan amat hati-hati. Begitu hendak masuk ke pertigaan Dusun Waikela, Jupe Putih kami tiba-tiba ngadat. Saya mencoba menstarter berulang kali namun masih saja tidak hidup mesinnya. Setelah saya periksa tanki bensin, ternyata pertalitenya habis. Untung, di sekitar situ ada tempat penjualan pertalite. Kami pun mengisinya dan melanjutkan perjalanan. 

Dua tiga menit kemudian, tibalah kami di gapura masuk lembah Waikela, SMPN 1 Adonara Tengah. Saya memarkir Jupe Putih dan berjalan masuk ke teras piket. Hampir semua guru yang duduk di situ, mengenali saya lantaran sering membawakan materi untuk mereka pada beberapa event, menyambut kami dengan senyuman yang ramah, termasuk CGP Marianus.


Setelah mengisi buku tamu, bersama CGP Marianus, kami diajak menuju ke ruangan kepala sekolah melewati depan panggung Pentas Seni Bulan Bahasa sekolah ini. Di dalam ruangan ini, Sang Kepala Sekolah Gergorius Loli Mawar, S.Pd., sudah berdiri menyambut kedatangan kami. 

"Saya sangat mendukung Program Pendidikan Guru Penggerak dan selalu mendorong agar semua guru mengikuti program ini. Di sini, sudah ada 1 Guru Penggerak yang saat ini menjadi Pengajar Praktik, Pak Frans Goa. Lalu, saat ini, ada 3 CGP. Sementara, ada 7 guru lagi yang sudah mengikuti seleksi esai dan sedang menunggu kabar kelulusan," ungkap Gergorius.


Kesempatan ini, saya gunakan untuk mempertegas kembali manfaat mengikuti PGP. "Ada 2 keuntungan dasar mengikuti PGP, yakni materinya dan sertifikatnya. Untuk materinya, selama 6 bulan, para CGP akan belajar 3 modul umum, yakni Pendidikan, Pembelajaran, dan Kepemimpinan. Sementara itu, manfaat sertifikat, bisa menjadi persyaratan menjadi kepala sekolah, menjadi instruktur guru tingkat nasional, dan bisa mendapatkan kelas khusus saat mengikuti PPG yakni tidak mengikuti perkuliahan dan hanya mengikuti ujian-ujian saja. Bahkan, ada wacana dari Mendikbud bahwa jika ada seleksi guru ke depan, baik ASN maupun P3K, maka Guru Penggerak ini akan mendapatkan kelas khusus, sebagaimana yang diperoleh peserta PPG," terang saya yang disimak dengan saksama oleh kepala sekolah, CGP, juga isteri saya.

Ngobrol sebentar sekitar 5 menitan, saya mulai mewawancarai kepala sekolah. Darinya, saya mendapatkan informasi bahwa perubahan CGP Marianus saat mengikuti PGP ini sudah mulai nampak. CGP mulai mendidik siswa dengan ramah, pendekatannya lebih persuasif, dan pembelajaran di dalam kelas mulai menggunakan metode dan media pembelajaran yang bervariasi.

"Pak Carvallo (sapaan CGP Marianus, pen) ini juga Pembina OSIS. Dia terlibat aktif pada semua kegiatan sekolah, seperti pagi hari mengontrol pembersihan sekolah, mengatur anak-anak saat apel, mengarahkan masuk ke kelas, hingga mengontrol pembersihan saat pulang sekolah. Meskipun dia guru Matematika, tetapi terlibat aktif di kegiatan olahraga, seni, budaya, dan lainnya. Dia juga merupakan bendahara BOS, yang membantu saya menangani urusan anggaran sekolah," papar Kepala Sekolah Gergorius.

Kepala sekolah juga mendoakan agar ke depan, CGP Marianus dapat dipercayakan sebagai kepala sekolah di mana pun berada. Sebab, bakat kepemimpinan itu, sudah ada pada diri CGP Marianus, apalagi akan sangat sempurna setelah mengikuti PGP ini.

Usai mewawancarai kepala sekolah, saya pun berkesempatan mewawancarai CGP Marianus. Kami mengambil tempat di ruangan komputer yang agak tenang dan tertutup. 


Saya mulai menggali pemahaman CGP Marianus selama mengikuti pembelajaran daring bersama fasilitator dan instruktur kurang lebih 2 bulan ini. "Setelah mengikuti PGP ini, saya mulai sadar bahwa apa yang saya lakukan selama ini banyak yang keliru. Saya dulu dikenal dengan guru yang kasar dan tegas. Tidak jarang saya pukul siswa kalau tidak disiplin. Setelah mengikuti PGP ini, saya sadar bahwa pendekatan seperti itu salah. Anak memiliki kodrat alam dan kodrat zamannya dan harus dituntun oleh guru dengan cara menghamba kepada anak agar bisa menjadi pribadi yang baik di masa depan," urai CGP Marianus dengan lancar bak air mengalir. 

Dirinya juga mengungkapkan bahwa Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut, perlahan-lahan mulai ia terapkan di dalam kelas. "Saya menganjurkan siswa bawa HP ke sekolah saat mata pelajaran saya. Saat pembelajaran, saya meminta siswa untuk membuka YouTube atau Google untuk mencari referensi guna memecahkan masalah yang saya berikan. Saya lalu menuntun mereka dari kelompok ke kelompok untuk mengerjakan soal-soal yang saya berikan pada LKPD. Saya juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan ditanggapi bersama," tutur CGP Marianus.

Masuk pada materi Nilai dan Peran Guru Penggerak, saya menanyakan nilai dan peran apa saja yang menonjol yang sudah diterapkan oleh CGP Marianus. Dirinya mengungkapkan, nilai kolaborasi menjadi nilai pertama yang ia terapkan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.


"Di dalam kelas, saya mulai melibatkan peserta didik dalam menemukan paparan materi pelajaran dan di luar kelas, saya juga melibatkan peserta didik dalam berbagai hal. Kalau dulu, saya akui saya cukup memonopoli kegiatan di sekolah. Setelah mengikuti PGP, saya mulai melibatkan para guru dalam berbagai kesempatan. Misalnya saat kegiatan Bulan Bahasa ini. Kalau dulu, semua mata lomba saya pasti mengaturnya dan menjadi dewan jurinya. Sekarang, banyak guru yang mulai ambil bagian," aku CGP Marianus.

Berkaitan dengan Visi Guru Penggerak, CGP Marianus menyebutkan, visi yang ia rancang yakni Mewujudkan siswa yang unggul, berkarakter Profil Pelajar Pancasila, berkebudayaan, dan mampu menjadi pemimpin masa depan. "Kira-kira kenapa aspek kepemimpinan yang ditonjolkan oleh Pak Marianus dalam visi ini?" selidik saya demi mendapatkan penjelasan yang lebih detail.

CGP Marianus menyebutkan, aspek kepemimpinan merupakan targetnya secara pribadi dan Pembina OSIS agar anak-anak yang tamat dari sekolah ini, mampu berdiri di depan umum jika dibutuhkan. "Misalnya kalau ada acara di kampung dan membutuhkan MC atau pembaca kitab suci maka anak-anak kami dapat mengambil peran karena keterampilan itu sudah dilatih sejak mereka duduk di bangku SMP ini," terang CGP Marianus.


Berkaitan dengan Budaya Positif, CGP Marianus menjelaskan, dirinya membiasakan aktivitas pembersihan lingkungan sekolah pada pagi sebelum KBM dan siang hari sebelum pulang. "Saya jalan cek dari kelas ke kelas untuk melakukan kegiatan pembersihan ini. Bagi saya budaya ini perlu dipertahankan agar lingkungan sekolah menjadi bersih dan nyaman. Saya juga mengecek kerapian pakaian anak-anak. Kedisiplinan anak datang sekolah juga saya cek," ujar CGP Marianus.

Obrolan kami pun beranjak ke pembuatan portofolio serta peta posisi diri dalam kompetensi guru penggerak. CGP Marianus menyampaikan semua informasi dan menyajikan bukti-bukti tugas yang dikerjakan, baik dalam bentuk tulisan, gambar, maupun video. Di akhir pendampingan, dirinya menghendaki agar kompetensi pedagogik dan sosial yang dimilikinya semakin ditingkatkan lagi demi membentuk anak menjadi pemimpin di masa depan.


Percakapan bersama CGP Marinus pun usai. Selanjutnya, saya mewawancarai rekan sejawat Guru PAK Paulus Dula Maran, S.Ag., dan siswa kelas 7 Maria Roswita Uba Tukan. Selesai wawancara, saya diajak CGP Marianus untuk berpose beberapa kali, termasuk mengambil posisi di depan spanduk Bulan Bahasa. 


Bersama isteri, saya pun meninggalkan sekolah itu dan kembali melintasi jalan yang sama bebatuan, berlubang, dan berkelok. Hingga, tibalah kami di rumah kisaran pukul 2 siang. Sebenarnya, jarak tempuh dari dan ke sekolah CGP Marianus tidak terlalu jauh, tetapi kondisi medan yang tidak baik-baik saja membuat perjalanan kami cukup lama dan melelahkan.[pr]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puluhan Guru SD di Wotanulumado Belajar Pendekatan Deep Learning

Gandeng PGRI Flores Timur, Adonara Edu Gelar TOT Guru Narasumber

SPENSA ADOTIM TAKLUKKAN MARGOT 3-0