Kolaborasi Satap Basarani Wujudkan Siswa Unggul yang Berdaya Saing
Selepas mendampingi Calon Guru Penggerak (CGP) Alfonsius Sina Hurint, S.Pd. di SDK Tobilota, saya melanjutkan perjalanan menuju CGP berikutnya, yakni Ikbal Majid, S.Pd.Gr. Senin, 24 Oktober 2022. Menunggang kuda Jupe Putih, perjalanan menuju ke arah timur jalan Trans Adonara pada kisaran pukul 10 lewat ini, saya tempuh dengan santai-santai saja, tidak terlalu laju.
Udara yang sejuk sepanjang jalan lantaran pepohonan perdu yang merimbun di kanan kiri jalan membuat perjalanan ini semakin terasa nikmat. Dari Tobilota, Wailebe, menaiki tanjakan Botung, turun berkelok menuju Samasoge, tibalah saya 15 menit kemudian di SMPN Satap Basarani.
Dari pintu masuk halaman, saya memandang ke arah lingkungan sekolah. Tampak, para siswa dan guru tidak berpakaian seragam sekolah sedang sibuk mendirikan panggung dan sebagainya berlatih nyanyi.
Memarkir Jupe Putih, saya disambut sepupu saya yang menjadi guru di sini, Sahdan Jailani dengan senyuman khasnya bersama CGP Tote yang merupakan dampingan Pengajar Praktik Agustina Handayani Kabelen, S.Pd. "Abang, Kak Ikbal di dalam. Kami hari ini sedang persiapan kegiatan Bulan Bahasa jadi tidak ada KBM," terang Guru Sahdan sembari merangkul saya menuju ruang guru.
Dari dalam ruang guru, CGP Ikbal juga bergegas turun menjemput dan mengajak saya masuk. Berempat kami masuk ke dalam ruang guru dan disambut hangat oleh para guru di sekolah ini yang didominasi guru muda.
"Untuk kegiatan Bulan Bahasa ini, kami hanya bermodal semangat. Dengan anggaran yang terbatas, kami mencoba menggelar kegiatan pentas seni untuk penggalangan dana pengadaan sarana prasarana empat ruangan baru yang merupakan bantuan sebuah yayasan di Jakarta yang sedang finishing saat ini," papar CGP Ikbal diamini CGP Tote dan Guru Sahdan setelah kami duduk di ruang tamu.
Sekitar 7 menit kami terlibat percakapan ringan, saya meminta izin untuk melakukan pendampingan bersama CGP Ikbal. "Selama kisaran dua bulan mengikuti program ini, ditambah kesibukan tugas pokok dan tugas tambahan serta aktivitas sosial di masyarakat, apakah CGP Ikbal pernah sakit?" tanya saya memulai percakapan. Pertanyaan ini saya ajukan lantaran saya pernah sampai pada satu titik di mana saat mengikuti PGP Angkatan 2, setahun silam, saya pernah sakit seminggu lebih.
"Alhamdulillah, sampai saat ini saya tidak sakit. Karena saya berkolaborasi bersama teman-teman untuk membagi peran. Jika saya sedang mengikuti kegiatan vikon (video converence, pen) maka kegiatan sekolah, saya minta digantikan oleh guru lain. Sehingga saya hanya fokus pada PGP," tutur Ikbal.
Saya lalu masuk ke pertanyaan-pertanyaan substansif. "Modul 1.1 Filosofi Ki Hadjar Dewantara, konsep apa saja yang dipelajari dari modul ini?" pancing saya.
"Dalam modul ini, kami mempelajari konsep bahwa pendidikan itu hendaklah bersifat menuntun. Artinya guru benar-benar hadir membimbing anak-anak demi menggali potensi diri anak menggapai kebahagiaan diri anak," terang guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah.
Ikbal melanjutkan, "Selain menuntun, guru juga harus bisa menghamba pada anak. Konsep menghamba ini artinya guru harus benar-benar melayani anak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan belajar anak. Guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang benar-benar bisa dinikmati anak dengan baik sehingga bisa mengasah diri anak secara baik. Guru juga harus menyesuaikan pembelajaran dengan kodrat alam dan kodrat zaman anak. Nah, kadang anak-anak di sini, juga agak keras dan sulit diatur sehingga kita harus bisa membimbing mereka dengan cara-cara yang bijak melalui pendekatan-pendekatan persuasif terlebih dahulu."
Saya lalu memancing CGP Ikbal masuk pada modul berikutnya. "Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak. Apa saja konsep yang Pak Ikbal dapatkan dari modul ini," rangsang saya.
"Pertama, kolaborasi. Bagi saya, kolaborasi menjadi kata kunci untuk menggerakkan sebuah kegiatan. Kita harus akui bahwa tidak bisa sebuah kegiatan terlaksana tanpa adanya kerja sama dari berbagai pihak. Di sekolah misalnya, kerja sama itu bisa datang dari guru, pegawai, kepala sekolah, siswa, orang tua, masyarakat, serta pihak-pihak lainnya," urai CGP Ikbal.
CGP Ikbal melanjutkan, "Kalau untuk peran, yang paling menonjol itu dalam pandangan saya adalah mewujudkan kepemimpinan murid. Artinya, guru harus bisa berperan menjadikan murid-muridnya sebagai pemimpin di masa depan, melalui kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas," papar CGP yang mengasuh mata pelajaran IPS ini.
Saya terus menggali pemahaman CGP Ikbal secara teoritis tentang materi-materi berikutnya yang ada dalam modul ini, berkaitan dengan Visi Guru Penggerak dan Budaya Positif. Selanjutnya, saya menggali aspek aksi nyata yang dilakukan CGP Ikbal dalam menerapkan materi-materi yang sudah didapatkan.
"Berkaitan dengan Visi Guru Penggerak, apa kalimat visi yang dirumuskan oleh Pak Ikbal?" selidik saya.
"Visi yang saya konsepkan yakni mewujudkan siswa yang unggul, percaya diri, dan mampu bersaing di tingkat global. Aksi nyata yang saya lakukan yakni melibatkan siswa kami untuk mengikuti kegiatan apa saja yang diadakan di sekolah maupun di luar sekolah. Mau kegiatan Pramuka, lomba-lomba, pertandingan olahraga, dan kegiatan lainnya. Dari sini, kami mau menciptakan siswa kami yang unggul dari aspek akademik dan non-akademik, mereka bisa percaya diri tampil di depan umum walaupun kami berasal dari pelosok, dan tidak sekadar tampil tapi mampu bersaing secara baik dengan sekolah lainnya," urai pria lulusan FKIP Undana Kupang ini.
"Kalau untuk budaya positif, aksi nyata apa saja yang sudah dilakukan Pak Ikbal, baik di dalam kelas maupun di luar kelas," gali saya lagi.
"Untuk budaya positif di dalam kelas, saya sudah mulai menerapkan pembelajaran audio visual, pembelajaran problem based learning, pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran kontekstual, dan lainnya. Kami awali pembelajaran dengan berdoa, proses pembelajaran secara diskusi kelompok untuk memecahkan masalah, lalu mempresentasikan di depan kelas. Di luar kelas, kami saling berkolaborasi untuk melakukan apel pagi, pemberian arahan dari guru, peningkatan kedisiplinan, dan saat kegiatan ekstrakurikuler saya berusaha hadir untuk membimbing siswa bersama guru lainnya," sebut CGP yang merupakan putera Solor ini.
Percakapan kami pun berlanjut pada pembuatan portofolio dan kompetensi CGP. Satu demi satu pertanyaan bagi CGP Ikbal selesai, saya berpindah ke responden-responden selanjutnya, yakni kaur kesiswaan yang mewakili kepala sekolah yang berhalangan hadir, rekan sejawat, dan seorang peserta didik.
Kira-kira dua jam lebih saya melakukan pendampingan di sekolah ini, saya akhiri pendampingan itu dengan meminta CGP Ikbal untuk mengurus administrasi yang saya siapkan. Namun, sebelum itu, CGP Ikbal mengajak saya untuk melihat-lihat lingkungan sekolah. Pertama, kami menyaksikan sepintas latihan pentas seni Bulan Bahasa yang digelar pada aula. Lalu, CGP Ikbal mengajak saya untuk melihat-lihat sebuah bangunan yang terdiri dari 4 ruangan baru yang merupakan bantuan dari sebuah yayasan di Jakarta.
CGP Ikbal menceritakan bahwa bangunan ini dibangun karena kebutuhan ruang kelas yang sangat mendesak saat itu sehingga mereka menggelar pentas seni penggalangan dana untuk fondasi bangunan. "Fondasi pun bisa dibangun dan melalui seorang wartawan, mereka mengajukan proposal pembangunan kepada sebuah yayasan di Jakarta dan dikabulkan. Tidak lama, kontraktor mulai datang dan mendatangkan barang untuk pembangunan. Nah, saat ini kami menggelar pentas seni lagi tahun ini untuk penggalangan dana pembelian sarana prasarana untuk mengisi empat ruangan ini," urai CGP Ikbal.
Saya terkesima mendengar penuturan ini dan dapat merasakan betapa semangat, kerja keras, gigih, dan kolaborasi yang begitu tinggi dari ekosistem ini sehingga bangunan ini bisa berdiri. Kami lalu kembali ke ruangan guru lalu saya berpamitan dengan semua guru dan pegawai yang ada di sekolah ini. Saya pun meninggalkan sekolah ini dengan perasaan yang gembira karena bisa mendapatkan pelajaran dan nilai dari sekolah ini.[pr]
Komentar
Posting Komentar