Secercah Sinar Mentari Harapan di Puncak Balaweling Witihama


Pagi itu, Jumat (21/10/22), merupakan jadwal Pendampingan Individu 1 hari pertama yang saya lakukan dalam kapasitas sebagai Pengajar Praktik pada program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kabupaten Flores Timur. Saya memilih Calon Guru Penggerak (CGP) Albertus Inguliman di SMPN Balaweling sebagai CGP dampingan pertama.


Berkuda Jupe Putih, saya berangkat dari sekolah saya, SMPN 1 Adonara Timur di Desa Lamahala Jaya, menuju sekolah CGP dampingan ini sekitar pukul 9 lewat. Jarak tempuh dari sekolah saya ke sekolah CGP ini kisaran 19 kilometer, saya tempuh kisaran 20-an menit. Dari Kecamatan Adonara Timur, melewati Kecamatan Kelubagolit, akhirnya saya tiba di Kecamatan Witihama dalam sinaran mentari pagi yang mulai hangat. 


Dari cabang masuk setelah SDK Lamabelawa, saya melewati jalan semenisasi kira-kira 100 meter. Melintasi pemukiman warga, kebun, tempat pembakaran batu-bata, lalu menanjak bukit yang lumayan tinggi, tibalah saya di gerbang masuk SMPN Balaweling. 


Disambut CGP Albertus Inguliman, saya lalu diantar ke ruangan Kepala Sekolah Yohanes Ara Kian, S.Pd. Bertiga kami duduk di ruang tamu dan ngobrol ringan sebelum memulai pendampingan. "Sekolah ini berdiri tahun 2017. Kami terus berupaya meningkatkan jumlah siswa di sekolah ini. Karena jumlah SMP di kecamatan ini ada 5 sekolah, maka kami melakukan ekspansi ke luar kecamatan ini. Kami menyediakan transportasi mobil pick up jemput antar setiap hari bagi siswa dari Kecamatan Kelubagolit," tutur Yohanes.


Kepala sekolah kemudian menceritakan profil sekolah, serta perkembangan program intra dan ekstra sekolah. "Pak, kalau bisa selesai pendampingan, saya minta waktunya Pak untuk beri motivasi tentang Pendidikan Guru Penggerak ini kepada guru-guru saya di sekolah ini. Harapannya, pada waktu mendatang, ada satu dua guru yang bisa mengikuti jejak Pak Albertus dalam program PGP ini," imbuh Pak Yohanes yang saya aminkan saat itu juga.


Usai ngobrol dengan kepala sekolah, saya meminta waktu untuk berdiskusi dengan CGP Albertus Inguliman. Kami memilih salah satu ruang kelas agar proses pendampingan lebih rileks, terarah, dan cair. 


Dari pendampingan ini, saya menemukan informasi bahwa proses pembelajaran daring CGP bersama Fasilitator Herman Nggili sudah menyelesaikan modul 1.1 Filosofi Pemikiran KHD, 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, 1.3 Visi Guru Penggerak, dan 1.4 Budaya Positif. 


"Saya memaknai Filosofi Pemikiran KHD di antaranya bahwa pembelajaran dilakukan dengan pola menuntun. Menuntun artinya, guru membimbing siswa masing-masing dalam setiap kelompok. Guru juga menghamba kepada anak artinya benar-benar melayani siswa sesuai kebutuhan siswa melalui pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran, guru juga mesti mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman siswa dalam menyiapkan bahan ajar, LKPD, dan asesmen," papar pria yang mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris ini.


Albertus melanjutkan, "Khusus untuk budaya positif, kami sudah memulai dengan Senyum, Sapa, Salam, setiap mulai dan mengakhiri aktivitas di sekolah. Juga, kami memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan pengalaman pribadi pada apel pagi. Bahkan, ada sekelompok siswa yang sudah punya akun YouTube berisi cerita keseharian mereka di kampung ini," tutur Albertus. 


Sekira 1 jam lebih proses pendampingan ini berlangsung. Saya diajak CGP Albertus menuju ruang guru dan di sana telah menunggu para guru. Oleh kepala sekolah, kami dimoderasi untuk memberikan motivasi seputar PGP. 


"Sekiranya Bapak dan Ibu lolos seleksi PGP maka Bapak dan Ibu akan mengikuti proses pendidikan selama 6. Ada 3 materi pokok yang akan Bapak dan Ibu dapatkan, yakni Pendidikan, Pembelajaran, dan Kepemimpinan. Bapak dan Ibu akan didampingi oleh fasilitator dan instruktur melalui pembelajaran daring, sementara Pengajar Praktik akan mendampingi Bapak dan Ibu saat Pendampingan Individu dan Lokakarya," terang saya.


Kami pun terlibat dalam diskusi bersama untuk membicarakan hal-hal yang belum dipahami secara baik oleh para guru. Hingga tibalah kami di akhir pertemuan itu. "Menjadi Guru Penggerak itu ibarat lilin, yang membakar diri untuk terang sekitarnya. Namun dari situ, terpercik nilai ketulusan, kerja keras, semangat, dan dedikasi yang tinggi untuk mengantar anak mencapai kodratnya, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial," tutup saya diiringi gemuruh tepukan tangan mengakhiri pertemuan kami itu. 


Saya pun diantar oleh para kepala sekolah dan para guru di pelataran sebelum meninggalkan sekolah itu. Dari sini, saya menemukan Secercah Sinar Mentari Harapan di Puncak Balaweling Witihama ini.


Diantar gerimis, saya meninggalkan Kecamatan Witihama lalu dijemput guyuran hujan besar di Kecamatan Kelubagolit. Saya sempat berteduh di Desa Nisa Karang, namun hujan yang tak kunjung reda membuat saya memutuskan untuk menerebas hujan lebat itu hingga tiba di Kecamatan Adonara Timur. Memasuki Desa Karing Lamalouk, aspal tampak menguap panas pertanda di tempat ini tidak diguyur hujan. Saya pun tiba di rumah dalam keadaan pakaian yang basah kering di badan.[pr]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puluhan Guru SD di Wotanulumado Belajar Pendekatan Deep Learning

Gandeng PGRI Flores Timur, Adonara Edu Gelar TOT Guru Narasumber

SPENSA ADOTIM TAKLUKKAN MARGOT 3-0