Kaur Kesiswaan Muh. Soleh Kadir: Budaya Positif Sebagai Sarana Pembentukan Karakter

Oleh Kamsudin Ridwan

(Staf Pengajar Pada SMP Negeri 1 Adonara Timur)



Budaya Positif Sebagai Sarana Pembentukan Karakter. Statement di atas disampaikan oleh Kaur Kesiswaan Spensa Adotim, Muh. Soleh Kadir, S.Pd.Gr saat apel pagi (Sabtu, 19/02/2022) di halaman SMP Negeri 1 Adonara Timur.



Di hadapan 376 peserta didik SMP Negeri 1 Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Pion Ratuloli sapaan akrabnya, menyampaikan wejangannya dengan mengambil tema "Budaya Positif Sebagai Sarana Pembentukan Karakter Seseorang".



Dalam wejangannya, guru Bahasa Indonesia itu menjelaskan bahwa "terdapat 3 budaya positif yang mesti dikembangkan di SMP Negeri 1 Adonara Timur sebagai sarana dalam membentuk karakter positif seseorang", tutur Pion dengan nada semangat.


Pion Ratuloli melanjutkan bahwa "ketiga budaya positif tersebut adalah: pertama, lihat sampah ambil (Lisa), ia menerangkan bahwa budaya positif seperti ini memang hal yang sepele namun jika dilakukan secara konsisten (terus menerus), maka akan membentuk karakter positif seseorang. 



Kedua, ciptakan iklim ilmiah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku dan berdiskusi saat bapak/ibu guru berhalangan hadir, ungkap Pion. Pion menjelaskan bahwa "iklim ilmiah seperti ini mestinya terus didorong, agar peserta didik menjadi melek terhadap ilmu pengetahuan", tegasnya.


Ketiga, budayakan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Pion mengatakan bahwa "dengan membiasakan berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di rumah maka akan dapat membantu peserta didik terutama dalam hal mampu menyelesaikan tugas atau pun ulangan harian yang diberikan oleh bapak/ibu guru". 


Pion menambahkan bahwa "jika kalian tidak membiasakan berbahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, maka akan menyulitkan kalian dalam memahami soal-soal ataupun tugas-tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru karena soal-soal yang diberikan oleh bapak/ibu guru adalah soal-soal yang berbahasa Indonesia, apalagi perkembangan saat ini soal-soal yang diujikan lebih banyak bersifat HOTS (soal-soal dengan melibatkan penalaran atau berpikir tingkat tinggi)", tukas Pak Pion saat mengakhiri wejangannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puluhan Guru SD di Wotanulumado Belajar Pendekatan Deep Learning

Gandeng PGRI Flores Timur, Adonara Edu Gelar TOT Guru Narasumber

SPENSA ADOTIM TAKLUKKAN MARGOT 3-0